Usaha tanpa beban bagai sepucuk surat tanpa tulisan
Kertas putih yang terbungkus hanyalah sampah daur ulang yang harus diulangi
Jemari melikuk-likuk ikuti pena yang bergulir menyapa pekik..
Memuta-mutari lingkaran yang berkelok-kelok tajam
Dari mereka si penghuni kursi besar
Tertawa bahagia.. Terlepas dari anggapan yang mengingkar
Dan dari tangan-tangan kecil terlampir sebuah salam..
Salam yang mengatasnamakan keadilan
Tempat dimana mereka menaruh harap
Tempat dimana mereka bercerita tentang kemenangan
Aku bagai mata kail diujung pancing
Yang talinya terombang-ambing tergulung ombak dikala pasang
Jika jeritan hanya mengundang tawa..
Dan jika setiap tangisan hanya terkesan kasihan..
Pergi!
Pergi.. saja kau dari tempat yang kau tempati..
Mereka lelah memasang telinga disaat kau berumbar manis
Mereka geram!
Aku marah! Marah!
Dan kau hanya terdiam
Dimana ?!
Dimana ? Hati nuranimu yang kemarin berkata seolah nyata
Haruskahku sebrangi negeri dan menata impianku disana ?
Lalu kemana sistem penghuni kursi besar itu bekerja?
Bayangkan.. Betapa banyak lahir manusia-manusia pintar
Jika dibangun dunia impian dipenjuru terpencil
Bandingkan.. Betapa ironisnya melihat penghuni kursi besar
Terlihat santai.. Hadir digedung istimewanya!
Ketika butuh rakyat jadikan pasukan
Menatap dengan sesuatu tergengam
Matanya pancarkan penuh kebencian
Bersuara hidangkan jenaka dibawah teriknya sang mega..
Apa kau tidak sadar Bung! telah menyelipkan nama kami Rakyat Kecil..
Berapa kali kami harus pinjamkan kata-kata itu
Kepada orang yang menginginkan kedudukan!
Adili mereka dan hukum yang bersalah!
Tegakkan keadilan dinegeri tercinta..
Biarkan manusia-manusia pintar itu berkerumun
Menjadi penghuni baru kursi besar yang berkualitas!
Agar salam kami yang terlampir berdebu dan usam
Kelakkan terlaksana..
(Menjuarai lomba L2SN Cilegon, kategori seni puisi 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Thank you :)