
Tatapan ku tersudut pada pria tampan berkulit putih dengan seragam
sekolah yang sama seperti yang ku kenakan. Satu sekolah tapi tak pernah
bertemu? Apakah hal itu kebetulan terjadi. Kami malah dipertemukan
lewat hujan yang turun begitu deras dihari ini dan memaksanya untuk
berteduh di halte penuh sesak dengan penumpangnya yang saling berebut
mengambil posisi agar tubuh mereka terhindar dari hujan.
Pertama kali aku melihatnya, aliran darah ditubuhku mungkin terhenti
sejenak, jantungku sungguh sulit untuk ku sinkronasikan dengan detik
jam tangan anti air yang sedang kupakai. Detak mereka, Tak beraturan,
kacau bertabrakan ..
Dia tersenyum padaku dan menundukkan sedikit kepalanya untuk menyapaku.
Akhhhhhh .. hatiku mencair bersama luturnya baju hangat warna merah
marun milik adik kecil yang berdiri disampingku. Mungkin
gelembung-gelembung berbentuk hati tlah terbang menyatu dengan asap
rokok yang mengepul terbawa atmosfer lalu lenyap dalam hitungan detik.
Lamunanku tlah membuat pria itu hilang dari pandangan mata. Imajinasi
ku? Apakah aku sedang memainkan imajinasiku lagi? Sayang hal seindah
itu hanya imajinasi semata. Mengapa hanya tinggal beberapa penghuni
dihalte ini, kemana perginya sebagian lagi?
Bus angkutan jurusan tempat tinggalku melalui rute yang baru, ternyata
tlah tiba sejak satu menit yang lalu. Akhhhhhh .. ternyata pria itu ada
didalam bus. Ketika itu semua jok bus, sudah terisi penuh dan mau
tidak mau aku harus berdiri. Namun, karena aku berdiri disamping pria
itu duduk, nah ini dia.. beruntungnya sebagai cewek. Dia
mempersilahkanku untuk duduk, sedangkan dirinya berdiri didekatku oh so
sweet :).
***
Pertemuan kami memang singkat, tapi bukan berarti tak akan bisa bertemu
lagi, masih banyak waktu agar kami bisa bertemu. Kamikan satu sekolah
jadi tanpa disengaja pasti bertemu. Tapi sampai saat ini .. jam masuk,
jam istirahat, jam pulang, sulit sekali aku menemukannya disekitaran
sekolah. Orang seperti apa si dia?
Tepat di hari Senin aku mengembalikan buku paket ekonomi ke
perpustakaan, seharusnya kemarin hari Sabtu, tapi karena kemarin aku
lupa, makanya baru sekarang dapat kubawa, sudah pasti denda seribu
rupiah terulang lagi, sama seperti satu minggu yang lalu.
Zzzttttt ... Itukah dia? Hatiku bertanya-tanya. Aku tak berani
mendekat, hanya untuk sekedar memastikan sekalipun. Kurasakan guncangan
hebat dari jantungku. Aku lekas berlari keluar perpus. Mungkin dia
melihatku, namun aku sudah terlanjur menghilang.
"Huft .. Ada apa dengan mu Jira, bukankah pria itu yang sedang kau
cari! Tapi aku tak sanggup mendekatinya .. Dasar bodoh :(" kupukul-pukul
kepala ku dengan buku ekonomi yang kuremas-remas.
Bersikaplah sewajarnya jika bertemu dengannya karena dengan begitu
sedikit mengurangi kesan bahwa aku tlah menyukainya. Ku lihat-lihat
mungkin dia pria yang pintar, karena hampir setiap kali aku
keperpustakaan disana aku pasti menemukannya. Aku malu, karena aku
sendiri cewek yang bodoh. Dimata teman-temanku, aku bagai orang yang
menyedihkan, tubuhku jelek, wajahku aneh, kulitku juga hitam.. Tak ada
yang bisa kubanggakan dari diri ini. HAH bisa-bisa nya aku tertarik pada
pria seperti dia. Jira ayo sadar! Memangnya pantas apa, aku selalu
mengeluh semata-mata hanya tahu diri saja, atas kesenanganku.
Saat pertemuan diperpus kala itu dia nampak lebih sering muncul kemuka
umum. Menampakan diri dihadapanku.. Entahlah, semakin lama perasaan itu
tumbuh, semakin merekat kuat tanpa alang dihatiku. Aku tak ingin
terlalu mengharapkan yang lebih darinya, hanya sekedar memandangnya
dari kejauhan dan melihatnya tersenyum itu semua sudah lebih dari
cukup. Tuhan, perasaan apa yang sedang hinggap dihatiku ini?
Terimakasih kak, kau motivatorku. Diam-diam aku, mengamatimu, diam-diam
aku tersenyum setiap kali setelah bertemu denganmu. Sungguh aku merasa
senang kak. Tetaplah kau tunjukan keberadaanmu, jangan berdiam didalam
kelas karena dengan begitu aku akan tetap menjadi penggemar rahasiamu.
***
Tugas tertinggal, dan datang terlambat. Aku berdiri menghadap bendera.
Pria itu melintas dihadapanku, aku tak dapat berkata-kata hanya
menunduk sedih. Matanya mengamatiku secara detail, aku bagai semakin
terpojok masuk kedalam lintasan berduri. Senyum kikuk yang dia hadirkan
membuatku semakin merasa malu.
Setelah dia melintas di hadapanku, jujur telapak tanganku dingin,
wajahku pucat dan mataku mulai memerah.. jatuh! Ku usap air hangat yang
mengalirkan kesedihan itu dengan tangan yang sedang dalam posisi hormat
kepada sang bendera. Bu Reni meneriakanku dari jauh agar aku dapat
mengakhiri hukuman darinya. Namun kakiku berat sekali untuk melangkah.
Awan mulai redup, matahari pun perlahan tertutup, angin bertiup kencang
menerbangkan dedaunan kering di sekitar pohon beringin. Mungkin Tuhan
tahu akan perasaan hatiku untuk saat ini. Selang beberapa menit ku
tinggalkan tempat itu, hujan yang deras datang mengguyur tiba-tiba.
Setelah kembali kedalam kelas rasa malas membius kami dalam kebingungan
ditambah lagi guru pembimbing mata pelajaran Seni hari ini tidak
masuk. Pantaslah kami semua hanya bisa diam selain membaca untuk
mengulas kembali materi yang sudah diberikan minggu yang lalu. Kutaruh
tas dimeja dan kutidurkan kepalaku diatasnya, kuperhatikan baik-baik
rintik hujan yang turun sambil memejamkan mata, kejadian seperti ini
mengingatkanku pada kenangan manis saat pertama kali aku bertemu
dengannya.
Aku tertidur dalam lamunan .. kurasakan kehadiran sosok pria yang saat
ini kukagumi, aku dibawa masuk kedalam ruang waktunya. Batinku melirih
berharap ini bukan sebuah imajinasiku lagi. Tuhan aku ingin semua ini
adalah kenyataan!
Dia duduk dibarisan kedua dari tempat aku berdiri, begitu beruntungnya
aku dapat dengan mudah menemukan dirinya tanpa harus meneliti terlebih
dulu ke setiap sudut diperpustakaan ini. Dan begitu bebasnya aku dapat
memperhatikan wajahnya yang rupawan itu tanpa harus khawatir dia merasa
terganggu akan kehadiranku disini. Ingin sekali aku berjabat tangan
dengannya, hanya untuk sekadar berkenalan. Mulutku yang rapat, nyaliku
yang menciut dan tubuhku yang lemas dari mana aku punya tenaga untuk
menanyakan siapa namanya. Tapi tanganku tiba-tiba saja menjulur seolah
ada yang menariknya, aku sedikit terkejut, ketika itu aku dengan mudah
melanjutkan ketahap berikutnya, ya! Mengatakan sesuatu ..
"a..a.ak..aku Jira, Oppa Ireumi mwoyeyo?" terhenyak aku, mengakui bahwa diriku sungguh nekat.
"apa.." tanyanya bingung.
Zzzttttt ...
Tiba-tiba saja aku terhentak seolah membangunkan alam sadarku agar
lekas kembali pada kehidupan yang nyata, kulihat hujan yang turun belum
reda dari balik jendela kaca kelas.
"huft .. Benarkan hanya imajinasiku saja!" gumamku dalam hati kecewa.
Seolah masih ada sedikit kobaran api yang menyala. Mengapa aku begitu
penasaran akan imajinasiku tadi. Aku mengingat waktu pertama bertemu
dengannya aku juga pernah mengira bahwa aku sedang berimajinasi saat
melihatnya dihalte bus, tapi ternyata itu semua nyata dan real adanya.
Aku berlari secepatnya ke ruang perpustakaan dan berharap semua yang
kuimajinasikan tadi adalah sebuah kenyataan. Kubuka pintu perpus, dan
berjalan kearah bangku. Ya Tuhan tepat dibarisan kedua, dari tempat aku
berdiri kakak itu duduk disana. Aku menutup mulutku, aku sangat
terkejut, aku tak menyangka ini semua akan beralih menjadi sebuah
kenyataan. Ku ulangi sesuai dengan yang ku imajinasikan tadi .. Ku
ulurkan tanganku.
"a..a.ak..aku Jira, Oppa Ireumi mwoyeyo?" kata ku gugup dan menatapnya dengan penuh pengharapan.
"apa?" tanyanya bingung, dia mengatakan yang sama seperti dalam imajinasiku.
"Apa artinya, Oppa Ireumi mwoyeyo?" tanyanya lagi.
"kakak siapa nama mu?" mulut ku bergetar saat mengatakannya, mataku juga mulai memerah.
Dia hanya tersenyum..
"sebelum aku memberitahu mu siapa namaku, aku ingin tanya .. Apa kau
orang yang diam-diam selalu memperhatikanku di pojok sana" dia menunjuk
kursi tempat biasa aku duduk didalam perpus.
"lalu mengapa setiap kali aku melihat kearahmu.. Kau tiba-tiba
menghilang, apa kau mengagumi ku?" tanyanya lagi sambil melihatku yang
mulai menumpahkan air mata.
"iya, dari awal aku bertemu dengan mu saat itu aku sudah mengagumimu ..
Maaf jika aku tak sopan sudah memperhatikan mu secara diam-diam ..
Lantas menghilang tiba-tiba kulakukan semua itu semata-mata, hanya untuk
menghindari dari mu yang tlah mengetahui keberadaanku" ucapku dengan
perasaan yang campur aduk.
"iyah tidak papa, nama ku Rifal .. Kau boleh berteman denganku Jira ..
jadi berhentilah menjadi penggemar rahasiaku karena aku bukan artis :D"
Ujarnya menutup sebuah teka-teki ku selama ini.
Untuk pertama kalinya aku dapat melakukan hal seberani ini, untuk
pertama kalinya aku menangis terharu dihadapan pria yang kusuka, untuk
pertama kalinya aku merasa bahagia karena tahu nama orang yang kukagumi
secara langsung, dan untuk pertama kalinya aku punya seorang teman,
teman yang mungkin spesial dihatiku dialah kakak kelasku sendiri yang
bernama Rifal Oppaku..
http://apbmedalofvalor.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Thank you :)