Laman

Barang siapa menanam, maka dia akan menuai

Oppa Ireumi Mwoyeyo

Siang menjelang sore, saat itu hujan turun begitu deras. Suhu yang dingin merasuk ke setiap tubuh kami seperti yang sedang berteduh di halte, emperan toko, dan banyak lagi tempat-tempat lainnya, hanya atap! Tanpa dinding disetiap sudutnya. Tubuh ku menggigil kedinginan, air hujan yang turun melalui sela pipa didekat tiang penyangga itu, mungkin tlah membasahi ubun-ubun kepalaku karena terasa sedikit pusing, pakaian ku juga basah kuyup dan hawa dinginnya sampai terasa ketelapak kaki. Semuanya nampak seperti ikan mati yang dibekukan dipelelangan. Derasnya hujan yang turun membungkam kami dalam diam, rintik airnya seolah memainkan denting irama yang syahdu dan terkesan elegan.

Tatapan ku tersudut pada pria tampan berkulit putih dengan seragam sekolah yang sama seperti yang ku kenakan. Satu sekolah tapi tak pernah bertemu? Apakah hal itu kebetulan terjadi. Kami malah dipertemukan lewat hujan yang turun begitu deras dihari ini dan memaksanya untuk berteduh di halte penuh sesak dengan penumpangnya yang saling berebut mengambil posisi agar tubuh mereka terhindar dari hujan.

Pertama kali aku melihatnya, aliran darah ditubuhku mungkin terhenti sejenak, jantungku sungguh sulit untuk ku sinkronasikan dengan detik jam tangan anti air yang sedang kupakai. Detak mereka, Tak beraturan, kacau bertabrakan ..
Dia tersenyum padaku dan menundukkan sedikit kepalanya untuk menyapaku. Akhhhhhh .. hatiku mencair bersama luturnya baju hangat warna merah marun milik adik kecil yang berdiri disampingku. Mungkin gelembung-gelembung berbentuk hati tlah terbang menyatu dengan asap rokok yang mengepul terbawa atmosfer lalu lenyap dalam hitungan detik.

Lamunanku tlah membuat pria itu hilang dari pandangan mata. Imajinasi ku? Apakah aku sedang memainkan imajinasiku lagi? Sayang hal seindah itu hanya imajinasi semata. Mengapa hanya tinggal beberapa penghuni dihalte ini, kemana perginya sebagian lagi?
Bus angkutan jurusan tempat tinggalku melalui rute yang baru, ternyata tlah tiba sejak satu menit yang lalu. Akhhhhhh .. ternyata pria itu ada didalam bus. Ketika itu semua jok bus, sudah terisi penuh dan mau tidak mau aku harus berdiri. Namun, karena aku berdiri disamping pria itu duduk, nah ini dia.. beruntungnya sebagai cewek. Dia mempersilahkanku untuk duduk, sedangkan dirinya berdiri didekatku oh so sweet :).

***

Pertemuan kami memang singkat, tapi bukan berarti tak akan bisa bertemu lagi, masih banyak waktu agar kami bisa bertemu. Kamikan satu sekolah jadi tanpa disengaja pasti bertemu. Tapi sampai saat ini .. jam masuk, jam istirahat, jam pulang, sulit sekali aku menemukannya disekitaran sekolah. Orang seperti apa si dia?

Tepat di hari Senin aku mengembalikan buku paket ekonomi ke perpustakaan, seharusnya kemarin hari Sabtu, tapi karena kemarin aku lupa, makanya baru sekarang dapat kubawa, sudah pasti denda seribu rupiah terulang lagi, sama seperti satu minggu yang lalu.

Zzzttttt ... Itukah dia? Hatiku bertanya-tanya. Aku tak berani mendekat, hanya untuk sekedar memastikan sekalipun. Kurasakan guncangan hebat dari jantungku. Aku lekas berlari keluar perpus. Mungkin dia melihatku, namun aku sudah terlanjur menghilang.

"Huft .. Ada apa dengan mu Jira, bukankah pria itu yang sedang kau cari! Tapi aku tak sanggup mendekatinya .. Dasar bodoh :(" kupukul-pukul kepala ku dengan buku ekonomi yang kuremas-remas.

Bersikaplah sewajarnya jika bertemu dengannya karena dengan begitu sedikit mengurangi kesan bahwa aku tlah menyukainya. Ku lihat-lihat mungkin dia pria yang pintar, karena hampir setiap kali aku keperpustakaan disana aku pasti menemukannya. Aku malu, karena aku sendiri cewek yang bodoh. Dimata teman-temanku, aku bagai orang yang menyedihkan, tubuhku jelek, wajahku aneh, kulitku juga hitam.. Tak ada yang bisa kubanggakan dari diri ini. HAH bisa-bisa nya aku tertarik pada pria seperti dia. Jira ayo sadar! Memangnya pantas apa, aku selalu mengeluh semata-mata hanya tahu diri saja, atas kesenanganku.
Saat pertemuan diperpus kala itu dia nampak lebih sering muncul kemuka umum. Menampakan diri dihadapanku.. Entahlah, semakin lama perasaan itu tumbuh, semakin merekat kuat tanpa alang dihatiku. Aku tak ingin terlalu mengharapkan yang lebih darinya, hanya sekedar memandangnya dari kejauhan dan melihatnya tersenyum itu semua sudah lebih dari cukup. Tuhan, perasaan apa yang sedang hinggap dihatiku ini? Terimakasih kak, kau motivatorku. Diam-diam aku, mengamatimu, diam-diam aku tersenyum setiap kali setelah bertemu denganmu. Sungguh aku merasa senang kak. Tetaplah kau tunjukan keberadaanmu, jangan berdiam didalam kelas karena dengan begitu aku akan tetap menjadi penggemar rahasiamu.

***

Tugas tertinggal, dan datang terlambat. Aku berdiri menghadap bendera. Pria itu melintas dihadapanku, aku tak dapat berkata-kata hanya menunduk sedih. Matanya mengamatiku secara detail, aku bagai semakin terpojok masuk kedalam lintasan berduri. Senyum kikuk yang dia hadirkan membuatku semakin merasa malu.

Setelah dia melintas di hadapanku, jujur telapak tanganku dingin, wajahku pucat dan mataku mulai memerah.. jatuh! Ku usap air hangat yang mengalirkan kesedihan itu dengan tangan yang sedang dalam posisi hormat kepada sang bendera. Bu Reni meneriakanku dari jauh agar aku dapat mengakhiri hukuman darinya. Namun kakiku berat sekali untuk melangkah.
Awan mulai redup, matahari pun perlahan tertutup, angin bertiup kencang menerbangkan dedaunan kering di sekitar pohon beringin. Mungkin Tuhan tahu akan perasaan hatiku untuk saat ini. Selang beberapa menit ku tinggalkan tempat itu, hujan yang deras datang mengguyur tiba-tiba.

Setelah kembali kedalam kelas rasa malas membius kami dalam kebingungan ditambah lagi guru pembimbing mata pelajaran Seni hari ini tidak masuk. Pantaslah kami semua hanya bisa diam selain membaca untuk mengulas kembali materi yang sudah diberikan minggu yang lalu. Kutaruh tas dimeja dan kutidurkan kepalaku diatasnya, kuperhatikan baik-baik rintik hujan yang turun sambil memejamkan mata, kejadian seperti ini mengingatkanku pada kenangan manis saat pertama kali aku bertemu dengannya.

Aku tertidur dalam lamunan .. kurasakan kehadiran sosok pria yang saat ini kukagumi, aku dibawa masuk kedalam ruang waktunya. Batinku melirih berharap ini bukan sebuah imajinasiku lagi. Tuhan aku ingin semua ini adalah kenyataan!

Dia duduk dibarisan kedua dari tempat aku berdiri, begitu beruntungnya aku dapat dengan mudah menemukan dirinya tanpa harus meneliti terlebih dulu ke setiap sudut diperpustakaan ini. Dan begitu bebasnya aku dapat memperhatikan wajahnya yang rupawan itu tanpa harus khawatir dia merasa terganggu akan kehadiranku disini. Ingin sekali aku berjabat tangan dengannya, hanya untuk sekadar berkenalan. Mulutku yang rapat, nyaliku yang menciut dan tubuhku yang lemas dari mana aku punya tenaga untuk menanyakan siapa namanya. Tapi tanganku tiba-tiba saja menjulur seolah ada yang menariknya, aku sedikit terkejut, ketika itu aku dengan mudah melanjutkan ketahap berikutnya, ya! Mengatakan sesuatu ..

"a..a.ak..aku Jira, Oppa Ireumi mwoyeyo?" terhenyak aku, mengakui bahwa diriku sungguh nekat.

"apa.." tanyanya bingung.

Zzzttttt ...

Tiba-tiba saja aku terhentak seolah membangunkan alam sadarku agar lekas kembali pada kehidupan yang nyata, kulihat hujan yang turun belum reda dari balik jendela kaca kelas.

"huft .. Benarkan hanya imajinasiku saja!" gumamku dalam hati kecewa.

Seolah masih ada sedikit kobaran api yang menyala. Mengapa aku begitu penasaran akan imajinasiku tadi. Aku mengingat waktu pertama bertemu dengannya aku juga pernah mengira bahwa aku sedang berimajinasi saat melihatnya dihalte bus, tapi ternyata itu semua nyata dan real adanya.

Aku berlari secepatnya ke ruang perpustakaan dan berharap semua yang kuimajinasikan tadi adalah sebuah kenyataan. Kubuka pintu perpus, dan berjalan kearah bangku. Ya Tuhan tepat dibarisan kedua, dari tempat aku berdiri kakak itu duduk disana. Aku menutup mulutku, aku sangat terkejut, aku tak menyangka ini semua akan beralih menjadi sebuah kenyataan. Ku ulangi sesuai dengan yang ku imajinasikan tadi .. Ku ulurkan tanganku.

"a..a.ak..aku Jira, Oppa Ireumi mwoyeyo?" kata ku gugup dan menatapnya dengan penuh pengharapan.

"apa?" tanyanya bingung, dia mengatakan yang sama seperti dalam imajinasiku.

"Apa artinya, Oppa Ireumi mwoyeyo?" tanyanya lagi.

"kakak siapa nama mu?" mulut ku bergetar saat mengatakannya, mataku juga mulai memerah.

Dia hanya tersenyum..

"sebelum aku memberitahu mu siapa namaku, aku ingin tanya .. Apa kau orang yang diam-diam selalu memperhatikanku di pojok sana" dia menunjuk kursi tempat biasa aku duduk didalam perpus.

"lalu mengapa setiap kali aku melihat kearahmu.. Kau tiba-tiba menghilang, apa kau mengagumi ku?" tanyanya lagi sambil melihatku yang mulai menumpahkan air mata.

"iya, dari awal aku bertemu dengan mu saat itu aku sudah mengagumimu .. Maaf jika aku tak sopan sudah memperhatikan mu secara diam-diam .. Lantas menghilang tiba-tiba kulakukan semua itu semata-mata, hanya untuk menghindari dari mu yang tlah mengetahui keberadaanku" ucapku dengan perasaan yang campur aduk.

"iyah tidak papa, nama ku Rifal .. Kau boleh berteman denganku Jira .. jadi berhentilah menjadi penggemar rahasiaku karena aku bukan artis :D" Ujarnya menutup sebuah teka-teki ku selama ini.

Untuk pertama kalinya aku dapat melakukan hal seberani ini, untuk pertama kalinya aku menangis terharu dihadapan pria yang kusuka, untuk pertama kalinya aku merasa bahagia karena tahu nama orang yang kukagumi secara langsung, dan untuk pertama kalinya aku punya seorang teman, teman yang mungkin spesial dihatiku dialah kakak kelasku sendiri yang bernama Rifal Oppaku..

http://apbmedalofvalor.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thank you :)